Ada yang menarik jika kita membaca perkataan Nabi Yesaya dalam pasal 5:20 (TB) Celakalah mereka yang menyebutkan kejahatan itu baik dan kebaikan itu jahat, yang mengubah kegelapan menjadi terang dan terang menjadi kegelapan, yang mengubah pahit menjadi manis, dan manis menjadi pahit. Perkataan ini semakin menjadi menarik jika kita melihat kondisi kondisi jaman modern.Orang yang berbuat baik dan benar biasanya akan disenangi banyak orang. Tetapi menjadi ironi besar bahwa ketika seseorang membela kebenaran dan menyatakannya dengan jujur dan berani, tidak semua orang menyukainya. Bahkan orang tersebut akan dimusuhi dan dijauhkan, bila perlu dilenyapkan. Banyak contoh hidup yang memperlihatkan ironi tersebut, seperti Marsinah, yang memperjuangkan nasib kaum buruh di Porong, Sidoarjo, Jawa Timur, diculik dan kemudian ditemukan terbunuh pada 8 Mei 1993 setelah menghilang selama tiga hari. Demikianpun Munir, seorang aktivis HAM, meninggal secara misterius di pesawat dalam penerbangan ke Amsterdam, 7 September 2004. Dan yang paling terkini adala orang sangat diakui integritas, kebaikan dan ketulusan, yaitu Basuki Cahaya Purnama atau Ahok yang segala dedikasinya dibalas dengan kurungan penjara. Masih banyak lagi lainnya. Sejarah para pahlawan bangsa dan martir dalam Gereja juga menjadi saksi atas kekejaman terhadap para pembela kebenaran ini.
Bacaan kita kali ini mengisahkan tentang seorang yang berani mengatakan kebenaran, Yohanes Pembaptis. Tindakannya telah mengakibatkan kemarahan, dendam dan kepahitan pada Herodes termasuk istrinya. Kesempatan pun datang. semua orang punya kesempatan dalam hidupnya. Kesempatan yang negatif maupun kesempatan yang positif. Kesempatan untuk perbuatan jahat maupun yang baik. Tergantung orang memilih dan menjalaninya. Herodian, Seorang terhormat. Isteri seorang pejabat. Suaminya bernama Herodes sang raja yang berkuasa. Diadakanlah pesta besar-besaran pada hari ulang tahun sang baginda suaminya. Pesta yang luar biasa tentu saja. Pada suasana sukacita itu Sang baginda mau memberikan hadiah kepada anaknya yang menari menyukakan hatinya: “Minta dari padaku apa saja yang kauingini, maka akan kuberikan kepadamu.” Bahkan sang Baginda menawarkan permintaan apa saja dan mengikatnya dengan sumpah (ay.22).
Ini adalah sebuah kesempatan emas. Mungkin karena saking bingungnya tentang permintaan apa yang akan diajukan, sang anak ini meminta petunjuk dari ibunya. Oh, kesempatan! Aji mumpung! Disebutkan: “Akhirnya tiba juga kesempatan bagi Herodias…” (ay.21). Eheeem…ini dia. Herodias tanpa membuang waktu atas kesempatan yang ada! Dan apa dinyana, ia memberikan anjuran kepada anaknya untuk meminta kepala Yohanes Pembaptis di sebuah talam! (ay.25-25). Kenapa kepala Yohanes yang dimintanya? Kenapa tidak yang lain? Nah, ini masalahnya. Karena sejak lama Herodian menyimpan dendam kepada Yohanes berhubung Yohanes pernah menegor soal perkawinannya yang tidak beres dengan si Baginda Herodes.
Tidak gampang memang untuk berbuat baik. Tidak mudah memang untuk membalas kejahatan dengan kebaikan. Juga tidak sederhana memang menenteramkan hati agar tetap bening terjaga dari rasa ketersinggungan atas tegoran yang orang lain sampaikan. Bila kesempatan ada, tetapi Alkitab mengajarkan kepada kita untuk berbuat baik selagi kesempatan itu datang. Memilih ketika kesempatan menghampiri dengan kebaikan bukan kejahatan. Kesempatan berbuat baik kepada semua orang termasuk musuh kita. Selagi masih sempat marilah kita membela kebenaran seperti Yohanes Pembaptis meskipun nyawa taruhannya. Selagi sempat lenyapkanlah kejahatan dengan kebaikan.
Salam dari Timor Barat Indonesia