Sahabat HEBAT, renungan kita kali ini terambil dari salah satu ayat terkenal dalam Kitab Amsal, yakni Amsal 4:23 — “ Jagalah hatimu dengan segala kewaspadaan, karena dari situlah terpancar kehidupan.”
Dalam terjemahan lain, ayat ini berbunyi demikian: Jagalah hatimu lebih dari segala yang patut dipelihara/dijaga. Yang lebih penting di dunia adalah menjaga hati, bukan yang lain-lain karena dari hatilah terpancar kehidupan, kita bisa menjadi berkat dan memuliakan TUHAN. hati manusia seperti mata air, jika tercemar dan tidak lagi bersih, tidak berarti lagi. Begitu pentingnya menjaga hati.
2 Raja-Raja 2:19-22 — “ Berkatalah penduduk kota itu kepada Elisa: “Cobalah lihat! Letaknya kota ini baik, seperti tuanku lihat, tetapi airnya tidak baik dan di negeri ini sering ada keguguran bayi.” Jawabnya: “Ambillah sebuah pinggan baru bagiku dan taruhlah garam ke dalamnya.” Maka mereka membawa pinggan itu kepadanya. Kemudian pergilah ia ke mata air mereka dan melemparkan garam itu ke dalamnya serta berkata: “Beginilah firman TUHAN: Telah KU-sehatkan air ini, maka tidak akan terjadi lagi olehnya kematian atau keguguran bayi.” Demikianlah air itu menjadi sehat sampai hari ini sesuai dengan firman yang telah disampaikan Elisa.”
Ayat ini menceritakan tentang sebuah kota yang baik dan sangat menjanjikan tetapi mata airnya tidak baik, banyak bayi-bayi yang gugur. Kota adalah bayangan anak TUHAN. Matius 5:14 — “ Kamu adalah terang dunia. Kota yang terletak di atas gunung tidak mungkin tersembunyi.” Dalam dunia yang gelap, ada kota yang menyala, bercahaya dan bisa dilihat orang. Biarlah mata air kita juga jernih supaya juga bisa dinikmati orang lain. Dari apa kita harus menjaga hati kita ?
1. Kepahitan
Jika hati kita pahit maka semua yang keluar dari lidah, perbuatan, pekerjaan, semuanya tercemar. Kepahitan itu menular. Ibrani 12:15 — “ Jagalah supaya jangan ada seorang pun menjauhkan diri dari kasih karunia ALLAH, agar jangan tumbuh akar yang pahit yang menimbulkan kerusuhan dan yang mencemarkan banyak orang.”
Dalam Wahyu juga dikatakan, di akhir jaman ada sebuah bintang yang bernama Apsintus yang akan jatuh dan memahitkan 1/3 dari mata air di bumi. Ini tidak lain berbicara tentang kejatuhan si AntiKris. Wahyu 8:11 — “ Nama bintang itu ialah Apsintus. Dan sepertiga dari semua air menjadi apsintus, dan banyak orang mati karena air itu, sebab sudah menjadi pahit.”
Dari mana datangnya kepahitan ?
Dari perselisihan (sakit hati) –> amarah –> tidak mengampuni –> dendam –> kepahitan. Perselisihan adalah sesuatu yang tidak bisa kita hindari selama kita saling berhubungan dengan orang lain, tetapi jangan hal itu menjadi sumber kepahitan, oleh sebab itu kita harus cepat melepaskan pengampunan.
Satu kali bangsa Israel kehausan. Keluaran 15:22-25 — “ Musa menyuruh orang Israel berangkat dari Laut Teberau, lalu mereka pergi ke padang gurun Syur; tiga hari lamanya mereka berjalan di padang gurun itu dengan tidak mendapat air. Sampailah mereka ke Mara, tetapi mereka tidak dapat meminum air yang di Mara itu, karena pahit rasanya. Itulah sebabnya dinamai orang tempat itu Mara. Lalu bersungut-sungutlah bangsa itu kepada Musa, kata mereka: “Apakah yang akan kami minum?” Musa berseru-seru kepada TUHAN, dan TUHAN menunjukkan kepadanya sepotong kayu; Musa melemparkan kayu itu ke dalam air; lalu air itu menjadi manis. Di sanalah diberikan TUHAN ketetapan-ketetapan dan peraturan-peraturan kepada mereka dan di sanalah TUHAN mencoba mereka.”
Mereka menemukan mata air tetapi saat diminum airnya pahit. TUHAN berkata kepada Musa supaya melempar sepotong kayu dan air itu menjadi manis. Kayu bayangan salib KRISTUS yang akan menetralisir segala kepahitan di dalam hati kita. Dalam Efesus 4:31-32 — “ Segala kepahitan, kegeraman, kemarahan, pertikaian dan fitnah hendaklah dibuang dari antara kamu, demikian pula segala kejahatan. Tetapi hendaklah kamu ramah seorang terhadap yang lain, penuh kasih mesra dan saling mengampuni, sebagaimana ALLAH di dalam KRISTUS telah mengampuni kamu.” Paulus mengingatkan kita akan karya salib KRISTUS yang telah mengampuni kita, itulah sebabnya biarlah kita juga mau saling mengampuni.
2. Tawar hati
Tawar hati datangnya dari kekecewaan. Banyak hal yang dapat mengakibatkan kekecewaan. Mungkin sudah berdoa tetapi tidak dijawab-jawab, mungkin karena penderitaan sehingga kehilangan iman, atau mungkin juga karena melihat orang fasik diberkati tetapi orang benar tidak seperti Daud yang pernah mengalami kekecewaan melihat orang fasik diberkati. Mazmur 37; Mazmur 73:13-14 — “ Sia-sia sama sekali aku mempertahankan hati yang bersih, dan membasuh tanganku, tanda tak bersalah. Namun sepanjang hari aku kena tulah, dan kena hukum setiap pagi.”
Yunus juga kecewa saat melihat orang Niniwe yang jahat diampuni oleh TUHAN. Yohanes Pembaptis juga pernah tawar hati dalam penjara. Matius 11:6 — “ Dan berbahagialah orang yang tidak menjadi kecewa dan menolak AKU.”
Oleh sebab itu, mari belajar dalam segala keadaan tetap memuliakan TUHAN karena penderitaan itulah yang menyempurnakan iman kita. Dan penderitaan yang sekarang ini tidak dapat sebanding dengan kemuliaan yang akan kita terima apabila kita tetap bertahan dalam penderitaan dan tidak tawar hati bahkan juga waktu menghadapi maut. 2 Korintus 4:16-18 — “ Sebab itu kami tidak tawar hati, tetapi meskipun manusia lahiriah kami semakin merosot, namun manusia batiniah kami dibaharui dari sehari ke sehari. Sebab penderitaan ringan yang sekarang ini, mengerjakan bagi kami kemuliaan kekal yang melebihi segala-galanya, jauh lebih besar dari pada penderitaan kami. Sebab kami tidak memperhatikan yang kelihatan, melainkan yang tak kelihatan, karena yang kelihatan adalah sementara, sedangkan yang tak kelihatan adalah kekal.”
3. Kehilangan kasih yang mula-mula
Ciri akhir jaman adalah kehilangan kasih, kasih menjadi dingin. Mungkin seseorang masih berada dalam ibadah, dalam pelayanan tetapi telah kehilangan kasih yang mula-mula. Apa tanda-tanda orang yang kehilangan kasih yang mula-mula ? Mereka tidak lagi memiliki:<br />
– passion (gairah)
– enthusiasm (antusiasme/minat)
– sukacita
Jangan sampai kasih itu hilang dari hidup ini seperti siding jemaat Epesus. Jangan sampai kita seperti sumbu yang apinya sudah hilang, hanya tinggal asap. Nyalakan terus api itu, jangan sampai padam! Wahyu 2:2-4 — “ AKU tahu segala pekerjaanmu: baik jerih payahmu maupun ketekunanmu. AKU tahu, bahwa engkau tidak dapat sabar terhadap orang-orang jahat, bahwa engkau telah mencobai mereka yang menyebut dirinya rasul, tetapi yang sebenarnya tidak demikian, bahwa engkau telah mendapati mereka pendusta. Dan engkau tetap sabar dan menderita oleh karena nama-KU; dan engkau tidak mengenal lelah. Namun demikian AKU mencela engkau, karena engkau telah meninggalkan kasihmu yang semula.”
Bagaimana menjaga hati :
1. WORD –> Firman TUHAN
Firman TUHAN sangat penting dan bermanfaat untuk menjaga hati kita. Saat kita mulai melalaikan firman, kita bisa menjadi lemah dan kehilangan gairah, itulah sebabnya usahakan untuk selalu membaca mendengar dan merenungkan firman.
2. Words –> Perkataan/pujian
Pujian tidak lepas dari kata-kata. Mungkin ada saatnya kita datang ke hadirat TUHAN dengan dingin, perasaan kita biasa-biasa saja, itulah saatnya bagi kita untuk mulai memuji TUHAN. Keluarkan kata-kata pujian sehingga api dalam hati akan mulai memercik dan akan menyala. Kita yang harus membawa perasaan (hati) kita untuk memuji TUHAN seperti Daud dalam Mazmur 42:6 membangkitkan jiwanya sendiri. Mazmur 81:11 juga menyuruh kita untuk membuka mulut kita untuk memuji TUHAN. Sebab itu pujilah TUHAN dengan semampu kita, nanti ROH KUDUS akan mengambil alih doa kita.
3. Worship –> penyembahan
Penyembahan bagaikan dupa yang selalu kita persembahkan di mezbah yang akan tetap menjaga supaya api di mezbah itu tetap menyala !!!
TUHAN YESUS mampu menjalani salib karena TUHAN YESUS punya passion kepada kita, karena kasih-NYA pada kita. Kasih itu yang membuat kita mampu bertahan dalam penderitaan. Biarlah ROH KUDUS menolong kita, membangkitkan dan memberi hati yang baru pada kita.
Hehehe ternyata tidak sulit menjaga hati bro & sis
Salam HEBAT dari Timor Barat Indonesia…!