Sahabat HEBAT, renungan kita kali ini diambil dari kisah Yusuf dan saudara-saudaranya yang terdapat dalam Kitab Kejadian. Kita akan mengutip Kejadian 45:10, yakni
“Engkau akan tinggal di tanah Gosyen dan akan dekat kepadaku, engkau serta anak dan cucumu, kambing domba dan lembu sapimu dan segala milikmu.”
Suku Khu di Afrika memiliki tradisi yang unik. Bila ada pembunuhan maka palakunya akan dihukum dengan hukuman mati tapi pelaksanaan hukumannya akan dilakukan setahun setelah peristiwa pembunuhan itu. Eksekusinya pun tidak dengan cara dipancung melainkan dengan cara pelakunya diikat lalu dilemparkan ke tengah danau. Kepala suku tidak akan bertanya kepada keluarga korban, apakah mereka mau memaafkan pelaku, tapi kepala suku akan mempersilakan bila keluarga korban ingin menolong pelaku. Bila keluarga korban ingin memaafkan pelaku maka mereka harus rela terjun ke danau dan bersusah payah menolong pelaku dengan cara membawanya ke darat.
Tidak cukup kata maaf saja, tapi mereka harus melakukan tindakan penyelamatan sebagai bukti pengampunan.”Saya memaafkan tapi proses hukum tetap berjalan.” Kalimat ini semakin akrab di telinga kita. Banyak orang memberi maaf dengan motif yang berbeda. Ada yang memberi maaf secara formalitas saja. Memberi maaf di mulut, tapi tidak di hati. Ada yang memberi maaf supaya terlihat baik di mata orang. Ada juga yang terpaksa memberi maaf karena itu sudah tradisi pada waktu,-waktu tertentu. Apakah memberi maaf seperti itu sudah cukup?
Memberikan maaf sejatinya bukan hanya sebatas perkataan saja. Tapi tindakan memberi maaf seharusnya dibuktikan dengan tindakan nyata. Jika pengampunan yang Kita berikan hanya sebatas bibir, itu sebenarnya munafik. Pengampunan yang kita berikan seharusnya didasari dengan ketulusan dan keluar dari hati yang paling dalam. Ketika bertemu dengan saudara-saudaranya yang telah menjual dan mencelakakannya, Yusuf memilih untuk mengampuninya. Bukan sekadar pengampunan di bibir, tapi pengampunan tersebut lahir dari hati yang paling dalam. yusuf tidak berkata, “Saya memaafkan tapi proses hukum tetap berjalan.” Yusuf tidak hanya memberi mereka gandum, tapi malah menyediakan Gosyen agar bisa didiami mereka. Ingat,
pengampunan bukanlah sekadar kata-kata, tapi harus dibarengi dengan tindakan nyata.
Salam HEBAT dari Timor Barat Indonesia…!