Sahabat HEBAT, kali ini renungan kita tentang mengkambinghitamkan baik seseorang maupun sekelompok orang.
Alkitab dalam Kitab Imamat 16:21 menyatakan bahwa “dan Harun harus meletakkan kedua tangannya ke atas kepala kambing jantan yang hidup itu dan mengakui di atas kepala kambing itu segala kesalahan orang israel
Mengkambing hitamkan adalah peristiwa menyalahkan, menuduh sesorang atau sekelompok orang sebenarnya tidak bersalah tetapi dijadikan salah untuk melindungi kepentingan orang atau seseorang yang melakukan kesalahan.
Hitler menuding orang-orang Yahudi sebagai biang krisis ekonomi dan politik yang terjadi saat itu. Dengan menjadikan Yahudi sebagaai kambing hitam, pemerintah Nazi bisa memburu dan membantai jutaan orang Yahudi. Kaisar Nero membakar beberapa kuil penting di Roma dan menjadikan orang Kristen di sana sebagai kambing hitamnya. Dengan cara itu, banyak orang Kristen di Roma yang ditangkap, disiksa, dan dibunuh.
Itulah salah satu cerita sejarah tentang peristiwa kambing hitam.Kambing hitam adalah jstjlah umum untuk menggambarkan seseorang yang tidak bersalah namun dikorbankan dan dipersalahkan oleh pihak lain. Tahukah Anda bahwa istilah kambing hitam ini lahir dari upacara keagamaan Yahudi, yaitu pada hari raya Pendamaian atau Yom Kippur. Pada hari raya Pendamaian itu, ada dua ekor kambing jantan yang dibawa ke Bait Suci, tepatnya di
depan pintu Kemah Pertemuan. Imam Besar lalu mengundi dua ekor kambing jantan itu. Seekor kambing terpilih untuk dipersembahkan dalan upacara korban bakaran. Kambing yang kedua dijadikan kambing hitam. Dengan meletakkan tangan, ke atas kepala kambing yang kedua, Imam Agung mengakui dosa-dosa bangsa Israel, lalu kambing hitam itu dibawa pergi dan dilepaskan di padang gurun.
Dalam kekristenan, seekor kamnbing jantan yang mengangkut segala kesalahan Israel pada upacara hari raya Pendamaian menunjuk pada pribadi Kristus yang menjadi “kambing hitam” atas setiap dosa dan kesalahan kita. Kita yang salah, Kristus yang harus dipersalahkan. Kita yang berdosa, tapi Kristus yang harus menanggung hukuman akibat dosa kita. Kita seharusnya
hidup di bawah kutuk, namun Kristus telah menggantikan posisi kita sehingga Dia yang benar menjadi terkutuk supaya kita yang terkutuk bisa dibenarkan. Itulah kasih Yesus yang ditunjukkan melalui pengorbanan-Nya di atas kayu salib. Melalui renungan ini; kita menyadari sekaligus mengucap syukur untuk setiap karya penebusan dan pengorbanan yang telah Dia lakukan untuk menyelamatkan, menebus, dan membenarkan hidup kita.
Salam Hebat dari Timor Barat Indonesia…!