Syalom, Salam The Great. Program HAMBA kali ini pada Bilangan 22. Pasal ini merekam bahwa dalam perjalanan menuju Kanaan, bangsa Israel berkemah di dataran Moab. Menganggap bangsa Israel adalah bagi Moab, maka raja Moab mengirim utusan untuk memanggil Bileam agar ia mengutuki mereka. Sebab siapa yang dia berkati, akan beroleh berkat, dan siapa yang dia kutuki, akan kena kutuk (ay. 6). Awalnya Bileam menyikapi undangan itu dengan benar. Ia bertanya kepada Tuhan, lalu Tuhan menegaskan bahwa Israel adalah bangsa yang Dia berkati. Bileam dilarang pergi untuk mengutuki Israel. Maka para utusan raja Moab pulang dengan kecewa.
Sahabat THE GREAT, raja Moab Balak kemudian mengirim utusan yang lebih banyak, lebih terhormat, serta menjanjikan upah yang sangat besar. Bileam menjadi goyah. Ia meminta waktu satu malam untuk mencari kehendak Tuhan. Padahal perintah Tuhan sudah jelas melarangnya. Akhirnya, Tuhan pun mengizinkan Bileam pergi, namun tidak diperbolehkan mengutuki Israel. Memang Bileam tidak mengutuki umat Allah. Namun ia menyarankan agar perempuan-perempuan Moab bergaul dengan bangsa Israel, berzina dengan mereka dan mengajak mereka menyembah berhala mereka. Maka murka Allah akan bangkit atas mereka (Bil. 25:1-2; 31:16). Semua itu ia lakukan demi upah duniawi.
Sahabat The Great, Dalam Perjanjian Baru kita ditemukan bahwa
Bileam dijadikan contoh sebagai gambaran para guru palsu dan penyesat atau pelayan palsu
(2Ptr. 2:15-16; Yud. 1:11; Why. 2:14). Mereka menukar kebenaran demi mendapat keuntungan sendiri. Janganlah kita serupa Bileam. Kiranya kita setia terhadap kebenaran yang telah Allah nyatakan dengan jelas bagi kita.
Meski Bileam bertanya (meminta izin untuk mengutuk bangsa Israel) kepada Allah sebelum menanggapi permintaan Balak, pertanyaannya dilandasi keinginan mendapatkan uang yang ditawarkan oleh Balak, sehingga pertanyaan itu membangkitkan murka Allah (22:22). Malaikat Tuhan menghadang dengan pedang terhunus, tetapi Bileam selamat karena keledai yang ditumpanginya mogok. Bileam menganggap keledainya tidak patuh sehingga ia memukul keledainya. Terjadilah suatu mujizat karena keledai itu tiba-tiba bisa protes, “Apakah yang kulakukan kepadamu, sampai engkau memukul aku tiga kali?” (22:28). Selanjutnya, Tuhan membuka mata Bileam sehingga ia melihat bahwa ada Malaikat TUHAN yang menghadang dengan pedang terhunus (22:31). Mengapa Tuhan murka kepada Bileam? TUHAN murka karena Bileam bertanya tanpa ketulusan (22:8, 19). Bileam tahu bahwa Allah tidak mengizinkan dia pergi. Oleh karena itu, pertanyaannya menunjukkan bahwa dia memaksa TUHAN. Inilah yang membuat TUHAN murka! Bileam baru sadar setelah Malaikat Tuhan memberi penjelasan (22:31-34). Keledai—binatang yang bodoh—bisa dipakai Tuhan untuk menyingkapkan kebodohan Bileam.
Sahabat The Great, cerita Bileam dan keledai tunggangannya mengingatkan agar kita tidak dengan sengaja menentang kehendak Tuhan.
Kita bukan hanya harus mengembangkan kepekaan untuk bisa memahami kehendak Tuhan, tetapi kita juga harus mencari kehendak-Nya dengan ketekunan, kesabaran, dan kesediaan untuk taat.
Bila kita dengan sengaja menentang kehendak Tuhan yang telah kita ketahui, kita akan menerima hukuman. Kita juga perlu menyadari bahwa cara Tuhan mengingatkan tidak selalu bisa kita duga sebelumnya, seperti hal keledai yang bisa berbicara dalam bacaan Alkitab hari ini. Tuhan menghendaki agar kita mengikuti panggilan-Nya, yaitu agar kita menjadi alat di tangan Tuhan yang dipakai untuk kemuliaan-Nya. Ingatlah bahwa mencari kehendak Tuhan itu menuntut ketekunan dan melakukan kehendak Tuhan itu menuntut pengorbanan. Apakah Anda memiliki ketekunan untuk mencari kehendak Tuhan dan memiliki kesediaan untuk menaati kehendak-Nya? Bila Anda tidak tekun mencari kehendak Tuhan atau Anda tidak memiliki komitmen (tekad) untuk melakukan kehendak-Nya, Anda tidak akan bisa memuliakan Tuhan melalui kehidupan Anda!
Tuhan Memberkati Kita.
Salam The Great…?