Syalom Sahabat The Great. Kita sudah berada pada Bilangan 27. Bacaan kita memberi narasi tentang pergantian kepemimpinan. Kita menemukan bahwa memang seperti apa yang dikatakan oleh Kitab Pengkhotbah bahwa segala sesuatu ada waktunya dan ini termasuk juga dengan kepemimpinan. Setelah kurang lebih 40 tahun memimpin, Musa pun diberitahukan Tuhan tentang berakhirnya masa kepemimpinannya.
Sahabat THE GREAT, pergantian kepemimpinan Sering berlangsung tidak mulus, kadang terjadi perselisihan, perpecahan bahkan kudeta. Penyebabnya bisa karena ketidakrelaan dan ketidaksiapan pemimpin lama untuk diganti, atau ketidaksabaran calon pengganti menanti waktu yang tepat. Pergantian kepemimpinan Kristen harus dilandaskan pada prinsip-prinsip Alkitab. Pemimpin utama kita adalah Tuhan Yesus. Pemimpin manusia hanyalah wakil Tuhan yang sewaktu-waktu siap diganti. Tuhanlah yang berhak menentukan, menangkat, dan mengurapi pemimpin yang baru. Jangan memakai ukuran manusia dalam memilih pemimpin, sebaliknya gunakan kriteria Alkitab, seperti yang diteladankan gereja abad pertama (Kis. 6: 3; 1 Tim, 3: 1-13; Tit. 1: 5-9).
Sahabat THE GREAT, Dalam Alkitab kita menemukan 2 cara pergantian kepemimpinan, yakni (1). pemimpin yang dipilih sendiri oleh Tuhan, contohnya Musa, Daud, para hakim hakim, 12 rasul dan rasul Paulus. (2). Pemimpin terlatih atau pemimpin yang dilatih atau pemimpin nyang dimuridkan, contoh Yosua, Elisa, Timotius, Silas dan lain lain.
Sahabat THE GREAT, Bilangan 27: 12-23 menjadi titik penting dalam akhir kisah kepemimpinan Musa. Catatan ini menjelaskan tentang peralihan kepemimpinan Israel dari tangan Musa untuk diserahterimakan kepada Yosua. Sebelum kepemimpinan itu diserahkan kepada Yosua, di atas gunung Abarim, Tuhan memperlihatkan kepada Musa pemandangan tanah perjanjian. Musa diizinkan Tuhan untuk melihat tanah Kanaan yang pernah dijanjikan oleh Tuhan untuk diberikan kepada Israel, kendati dirinya tidak diizinkan Tuhan untuk turut serta memasuki tanah Kanaan.
Di Gunung Abarim, Tuhan memberitahukan bahwa sampai batas inilah Tuhan mempercayakan bangsa Israel ada di bawah kepemimpinan Musa. Dan di sini jugalah, di gunung Abarim, Tuhan memberikan langkah petunjuk kepada Musa untuk menyerahkan tanggung jawab kepemimpinan yang selama ini ia pegang untuk diteruskan oleh Yosua. Yosua sudah ada dalam kondisi yang siap untuk menerima tanggung jawab tersebut.
Yang menarik dari catatan ini adalah tidak ada sedikitpun nada kekecewaan Musa karena ia tidak diizinkan Tuhan turut serta memasuki tanah Kanaan. Ia benar-benar menunjukkan sikap yang lapang dada. Tak pernah berambisi mempertahankan jabatan. Mengapa? Karena Musa sadar bahwa jabatan adalah pemberian Tuhan. Kemudian kepemimpinan itu ada masanya untuk berakhir. Namun kepemimpinan harus berlanjut. Musa sangat rendah hati untuk melepaskan jabatan kepemimpinan. Ayat 17 menunjukkan hati seorang Musa. Ia sangat mengasihi umat yang dipimpin dan harus ada pemimpin yang melanjutkan kepemimpinannya. Karena itu Ia sendiri yang mengusulkan kepada Tuhan untuk mengangkat seseorang untuk melanjutkan kepemimpinannya.
Sahabat THE GREAT, Munculnya Yosua sebagai pemimpin Israel menggantikan Musa, terjadi sebagai hasil dari sebuah proses panjang pelatihan dan pemuridan untuk membentuk diri dan kepribadiannya menjadi seorang pemimpin.
Terpilihanya Yosua menjadi pengganti Musa sesuai dengan petunjuk Tuhan. Tuhan sendiri berfirman kepada Musa dengan menyebutkan nama Yosua. Yosua adalah seorang yang penuh roh. (Bil. 27: 18). Frasa tersebut adalah terjemahan dari bahasa Ibrani ‘ish ‘asyer-ruakh, secara literal berarti seorang laki-laki yang memiliki roh; seorang laki-laki yang di dalamnya ada roh (a man in whom is the spirit). Dalam Ulangan 34:9 disebutkan: “Dan Yosua bin Nun penuh dengan roh kebijaksanaan.” Dalam bahasa Ibrani male’ ruakh khakemah, secara literal berarti terisi penuh dengan roh kebijaksanaan; memiliki roh kebijaksanaan secara utuh/lengkap.
Yosua menerima peneguhan jabatan kepemimpinan dengan penumpangan tangan dalam sebuah ritual yang disaksikan oleh umat Tuhan (ay. 18 dan 23)
Sahabat THE GREAT, ada 3 hal penting yang bisa kita temukan tengang suksesi kepemimpinan ini :
Pertama, jabatan yang kita peroleh adalah pemberian Tuhan. Jika kita tidak dipercayakan jabatan itu lagi, maka dengan rendah hati kita memberikan kepada yang terpilih. Karena pemberian Tuhan, maka yang. Memimpin harus tau kapan kita harus berhenti memimpin seperti Musa. Bagi yang tidak terpilih, kekecewaan, dendam, hendak menjatuhkan, menyingkirkan, memfitnah, tidak tersimpan dalam hati.
Kedua, siapa yang bisa melanjutkan estafet pelayanan dalam gereja? Jika kita belajar dari bacaan ini, Yosua dipilih Tuhan menjadi pemimpin karena ia telah melalui sebuah proses belajar yang panjang dengan Musa. Bukan pemimpin yang instan. Mau menjadi pemimpin harus siap untuk mengikuti proses belajar dan diajar.
Ketiga, pengkaderan kepemimpinan harus dilakukan boleh pemimpin. Awal kegagalan karena kita tidak menyiapkan pemimpin untuk masa depan. Dalam bacaan ini, Musa menyiapkan Yosua untuk memimpin bangsa Israel masuk ke tanah Kanaan dan berhasil dalam kepemimpinannya. Keberhasilan kepemimpinan tidak hanya diukur dari kerja masa lalu dan masa kini, tetapi menyiapkan masa depan. amin
Tuhan Yesus Memberkati.
Salam The Great…!