Syalom Sahabat MASTERY, renungan kita kali ini diambil dari Ulangan 11.
Sahabat Mastery, Perjalanan bangsa Israel keluar dari perbudakan Mesir dan menuju tanah perjanjian, sering dijadikan sebagai pembelajaran dalam kehidupan orang percaya. Banyak dari kita yang terbiasa dengan fase padang-gurun dalam perjalanan bangsa Israel, dan kita pun seringkali merefleksikan fase tersebut dengan fase padang-gurun dalam kehidupan kita sendiri. Dalam fase padang-gurun, hal-hal ini mungkin terjadi: kekeringan secara finansial, kekeringan secara rohani, kejenuhan, tidak terjadi perkembangan, dan sebagainya. Melalui kisah bangsa Israel, kita belajar bahwa yang terpenting ketika kita melewati fase padang-gurun adalah bahwa kita memberikan respons yang tepat, yaitu:
1. Taat kepada semua Firman/petunjuk yang TUHAN berikan.
2. Mengucap syukur atas segala sesuatu.
3. Percaya pada janji TUHAN, yaitu bahwa destiny hidup kita bukanlah di padang-gurun, melainkan masuk Tanah Perjanjian, yaitu kehidupan yang dipulihkan dan penuh kelimpahan.
Sahabat Mastery, Generasi pertama yang keluar dari Mesir gagal dalam memberikan ketiga respons di atas ketika di padang gurun, kecuali Yosua dan Kaleb. Sebagai akibatnya, generasi itu tidak menikmati susu dan madu di tanah perjanjian. Sebaliknya, generasi berikutnya yang lahir di padang-gurun, bersama Yosua dan Kaleb, merekalah yang menikmati janji-janji ALLAH. Tetapi memasuki tanah perjanjian, ternyata tidak dapat dilakukan begitu saja, namun ada syarat yang harus diikuti pula, karena sebenarnya di tanah perjanjian, ujian kehidupan masih berlanjut. Ingatlah, bahwa semua kehidupan kita di dunia ini adalah fana dan hanyalah persiapan untuk kehidupan kekal dan sempurna yang TUHAN janjikan kepada kita.
Sahabat Mastery, Sebelum memberikan alih tampuk kepemimpinan kepada Yosua, Musa mengulang apa yang telah selama ini diajarkan dan dikatakan oleh TUHAN kepada Israel, sebagaimana salah satunya ditulis dengan sangat baik dalam Ulangan 11. Ingatlah akan hal ini: Tanah Perjanjian adalah suatu fase hidup yang sangat berbeda dengan Mesir maupun padang-gurun (Ulangan 11:10), karenanya bagaimana kita menjalani hidup kita di tanah perjanjian juga berbeda dengan saat kita melewati fase padang-gurun. Fokus dan kehidupan di tanah perjanjian – yaitu fase Pemulihan dan Kelimpahan – sangat berbeda dengan padang-gurun. Jika kita tidak peka atau mengerti akan hal ini, dapat membuat kita jatuh ke dalam kutuk dan bukannya berkat.
Sahabat Mastery, Mari kita lihat apa yang TUHAN sediakan di tanah perjanjian, atau fase Pemulihan dan Kelimpahan, bagi kita:
1. Lanjut umur di tanah/hidup yang TUHAN sendiri sediakan bagi kita (ayat 9);
2. Kekayaan yang dapat diteruskan kepada keturunan kita (ayat 9);
3. Hidup yang dipenuhi kelimpahan (ayat 9).
4. Mendapatkan air/berkat yang murni yang berasal dari TUHAN (ayat 11);
5. Kehidupan yang diawasi, dipantau dan dijaga langsung oleh TUHAN (ayat 12);
6. Dapat menikmati hasil jerih payah (ayat 14);
7. Menjadi berkat bagi banyak orang, bahkan hewan sekalipun (ayat 15);
8. Dihalaunya musuh-musuh hidup kita (ayat 23);
9. Pekerjaan/pelayanan kita tidak ada yang sia-sia (ayat 24);
10. Tidak ada yang dapat melawan/menjelek-jelekkan kita (ayat 25).
Sahabat Mastery, pemenuhan janji Tuhan seperti yang disebutkan di atas ternyata ada syaratnya. Syarat ini hanya dirangkum pada 2 kata, yaitu MENGASIHI TUHAN.
Yesus Tuhan kita mengajarkan tentang Mengasihi TUHAN dalam Yohanes 14 sebagai berikut :
1. Mengasihi TUHAN bearti mengasihi Yesus.
2. Mengasihi Tuhan berarti menuruti segala perintah Tuhan.
Sahabat Mastery, Rasul Yohanes kemudian memberikan pengajaran tentang mengasihi dalam 1 Yohanes 4:7-8 “Marilah kita saling mengasihi, sebab kasih itu berasal dari Allah dan setiap orang yang mengasihi lahir dari Allah dan mengenal Allah. Barangsiapa tidak mengasihi, ia tidak mengenal Allah, sebab Allah adalah Kasih”.
Jadi, Allah adalah Sumber Kasih. Allah lebih dahulu mengasihi kita. Maka inisiatif dan prakarsa Kasih berasal dari Allah dan ditujukan kepada segenap ciptaan-Nya, termasuk kita.
Pesona Kasih Allah itu jelas tampak dalam Pribadi Yesus Kristus.
“tergeraklah hati-Nya oleh belas kasih kepada mereka, karena mereka seperti domba yang tidak mempunyai gembala”, maka Tuhan Yesus mengadakan mukjizat penggandaan lima roti dan dua ikan untuk 5000 orang lelaki, belum termasuk perempuan dan anak-anak. ( Mrk 6: 34-44)
Penginjil Markus dengan jelas menulis bahwa mukjizat itu pertama kali karena Hati Yesus yang tergerak oleh belas kasih kepada ribuan orang yang setia mengikuti-Nya sampai menjelang malam. Maka ketika para murid bersikap sudah menyerah kalah sebelum bertanding, Ia dengan tegas berkata: “Kamu harus memberi mereka makan!” (ayat 37). Dia menegur para murid dan kita semua, bahwa kita jangan lepas tangan atau cuci tangan, seolah-olah itu bukan tanggung jawab kita. Dari lima roti dan dua ikan saja bisa buat makan 5000 orang lebih sampai kenyang, masa kita yang hidup dalam suasana komunikasi tanpa batas ini mau “lepas tangan”?
Sahabat Mastery Kasih Tuhan adalah modal dan model kasih kita. Kita mampu mengasihi, karena Tuhan menanamkan benih kasih itu dalam diri kita. Kiranya kasih kita kepada sesama – siapa pun dan dari mana pun asalnya – berpolakan pada Kasih Tuhan, Amin. Tuhan memberkati….!
Salam Mastery…!