Syalom, SALAM MASTERY PARA SAHABAT, dasar renungan kita kali ini diambil dari 2 Kitab, yakni :Mazmur 37:37
“Perhatikanlah orang yang tulus dan lihatlah kepada orang yang jujur, sebab pada orang yang suka damai akan ada masa depan.”
DAN
Yeremia 17:7-8 (TB) Diberkatilah orang yang mengandalkan TUHAN, yang menaruh harapannya pada TUHAN!
Ia akan seperti pohon yang ditanam di tepi air, yang merambatkan akar-akarnya ke tepi batang air, dan yang tidak mengalami datangnya panas terik, yang daunnya tetap hijau, yang tidak kuatir dalam tahun kering, dan yang tidak berhenti menghasilkan buah.
Sahabat Mastery, ada kisah yang saya dapatkan dari khotbah seorang Pendeta dari Sulawesi yang bernama “Om Tedja”. Om Pendeta datang menginjil ke Mawar Saron pada Tahun 1989, begini kisahnya:
Dulu kala, suatu ketika seorang anak bersama bapaknya bepergian menggunakan kuda. Sayang, kuda yang dimiliki keluarga ini hanya satu. Karena sang bapak berbelas kasih kepada anaknya yang harus berjalan kaki, menyuruhnya menaiki kuda, sedang sang bapak berjalan kaki. Bertemulah mereka dengan serombongan orang di jalan yang memandanginya. Seorang di antaranya berkomentar, “Anak tidak tahu diri, yang membiarkan bapaknya berjalan kaki.”
Akhirnya si anak turun dari kuda, dan gantian sang bapak menaiki kuda. Perjalan dilanjutkan, dan si anak berjalan kaki mengiringi. Bertemulah mereka dengan rombongan lain di perjalanan. Seorang di antaranya pun berkomentar, “Bapak tidak punya belas kasihan pada anak, enak-enak naik kuda, membiarkan anaknya capek berjalan kaki.”
Sang bapak kemudian mengajak si anak untuk naik kuda bersama-sama. Dalam perjalanan selanjutnya, bertemulah mereka dengan rombongan yang lain. “Orang tidak punya rasa kasihan dengan kuda. Kuda yang sudah kehabisan tenaga dinaiki dua orang,” komentar salah satu anggota rombongan.
Serba salah! Memang tidak jarang orang cenderung berkomentar menurut pemahamannya yang belum lengkap. Ada apa di balik semua keputusan dan pilihan. Dalam kasus nyata, hal ini bukanlah sesuatu yang jarang terjadi, alias sering. Jangan-jangan kita pun termasuk salah satu komentator tadi.
Minimal ada dua cerita moral yang dapat dipetik. Pertama, jika Anda memang mempunyai alasan yang kuat untuk memilih atau melakukan sesuatu, lakukan dengan sepenuh hati. Jangan seperti Bapak dan anak ini yang tidak pernah mengambil keputusan.
Kedua, sebelum menyampaikan sesuatu, mencari informasi yang lengkap untuk mengungkap “di balik layar”. Kalau memang semua informasi yang didapat mengarah pada sesuatu yang tidak bijak, baik, sopan, etis, dan patut, saatnya berkomentar. Bahkan seringkali komentar saja tidak cukup. Aksi nyata untuk menyelaraskan, termasuk terlibat dalam aksi yang sudah lurus, tentu akan lebih baik.
Sahabat Mastery, kaitannya dengan Masa Depan kita harus tetap pada keputusan sesuai apa yang disampaikan Alkitab.
Melalui Mazmur 37:37, kita diajarkan beberapa cara untuk meraih masa depan, yaitu:
1. Jadilah orang yang tulus.
Tulus berarti bersih hati dan bersungguh hati. Apa yang diucapkan dan dikerjakan benar-benar keluar dari keinginan hati yang paling dalam (tidak ada maksud atau motivasi terselubung). Jadi, dalam segala hal yang kita kerjakan, termasuk dalam pelayanan, harus kita lakukan dengan tulus dan segenap hati, jangan ada persungutan, supaya Tuhan bisa memberkati kita dengan memberikan masa depan yang indah. Kolose 3:23 menasehatkan: Apapun juga yang kamu perbuat, perbuatlah dengan segenap hatimu seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia.
2. Jadilah orang yang jujur.
Jujur berarti hati yang lurus, berkata apa adanya dan tidak berbohong; mau mengikuti aturan yang berlaku dan tidak curang; tulus iklas dan tidak munafik. Jadi kejujuran merupakan sikap moral yang berasal dari hati yang bersih, yang diterjemahkan dalam perkataan dan perbuatan.
Di manapun kita berada, marilah kita menjadi orang percaya yang suka melakukan kejujuran, supaya kita dapat menikmati masa depan yang indah.
Amsal 14:2a menegaskan: Siapa berjalan dengan jujur, takut akan Tuhan.
Jadi salah satu bukti bahwa kita takut akan Tuhan (menghormati Tuhan) adalah dengan bersikap jujur.
3. Jadilah orang yang suka damai.
Suka damai berarti mampu mengelola konflik dan mengusahakan perdamaian. Orang yang suka damai adalah orang yang tidak pernah mencari masalah, keributan atau pertentangan; melainkan selalu berusaha menyelesaikan konflik dan menciptakan kedamaian.
Matius 5:9 menyatakan: Berbahagialah orang yang membawa damai, karena mereka akan disebut anak-anak Allah. Saat kita suka damai, berarti kita punya tugas untuk membawa damai itu kepada banyak orang.
Jadi, berdamailah dalam segala hal, baik berdamai dengan diri kita, orang-orang di sekitar kita, di pekerjaan kita, maupun dalam pelayanan kita, agar kita bisa mencapai masa depan yang indah.
4. Tertanam dengan tetap mengandalkan Tuhan. Ijinkan diri di ajar oleh sekelilingmu, oleh para mentor, para Guru, para Hamba Tuhan, tertanam tentang tulus, jujur, berdamai BERDASARKAN Alkitab dan bukan karena kata orang seperti Ilustrasi Bapak dan Anak
Yeremia 29:11 menyatakan bahwa Tuhan mempunyai rancangan damai sejahtera untuk memberikan kepada kita hari depan yang penuh harapan. Dan
Amsal 23:18 menegaskan bahwa masa depan sungguh ada dan harapan kita tidak akan hilang.
Jadi, kita harus percaya bahwa masa depan kita sungguh ada, dan semua itu ada di tangan Tuhan. Untuk itu, mari terus libatkan Tuhan, ikuti jalanNya dan jangan menyimpang. Jadilah orang percaya yang tulus, jujur, dan suka damai, supaya masa depan yang indah benar-benar kita alami. Haleluya. Tuhan Yesus memberkati.